Ada sebuah riset politik oleh peneliti asal Eropa, dalam bukunya dia katakan bahwa politik Indonesia itu politik orang Jawa. Maksudnya adalah karakter politisi di Indonesia itu berbeda dengan politik di AS, Eropa dimana adu debat, saling kritik itu menjadi hal biasa dan tidak ada dendam personal karena culture mereka terbiasa sejak SMA dengan debat terbuka.
Karakter kedua, politisi Indonesia tidak mau ada matahari kembar. Semisal, dia Ketum partai maka dia akan menempatkan layaknya raja, tidak boleh dibantah, didebat tapi diam dan laksanakan ketika diperintah.
Uniknya, karakter ini bukan hanya dimiliki oleh mereka para politisi Jawa, tapi sepeti menjadi kesadaran kolektif para politisi, makanya politisi di luar Jawa pun akhirnya melebur menjadi politisi Jawa.
Apa yang diteliti oleh orang Eropa ini sebenarnya selaras dengan karakter raja + raja Jawa di zaman kerajaan. Kalau toh mau "membunuh" lawan politik maka mereka akan melakukannya dari jarak dekat, itulah mengapa senjata raja Jawa itu keris.
Saling "bunuh" tapi terlihat oleh orang luar sedang berpelukam, saling merangkul padahal ada keris yang ditancapkan dikubu lawan. Hanya orang tertentu saja yang mengetahui bahwa ada peristiwa "pembunuhan" yang sebenarnya adalah perebutan kekuasaan, tahta dan pengaruh.
Kemampuan raja Jawa dalam adu kecerdikan politik bukan hanya diakui di nusantara, tentara Mongol pun pernah terjebak dalam alur cerita dan permainan politik Raja Jawa.
Buat politisi yang mengerti filosofi dan faham politik Raja Jawa maka pasti akan menirunya karena faktanya memang akhirnya mereka berhasil merebut tahta dan singgasana.
Kalau toh tidak mau meniru soal cara "membunuh" karir politiknya maka dia akan hati - hati dan super hati hati ketika menghadapi politisi Raja Jawa.
Kalau tidak maka dia akan masuk permainan politik Raja Jawa.***
Social Footer