Breaking News

Belajar Dari Singa Parlemen, Fahri Hamzah


Memilih rute politik dengan kesadaran itu menjadi penting agar bisa memainkan perannya secara optimal. Kesadaran soal pilihan ini menjadi urgen agar tidak menjadi anggota parlemen "kecelakaan" karena nasib ataupun kebetulan. 


Sebab kalau ini yang terjadi dan tidak memiliki kemampuan adaptasi yang baik dari seorang anggota parlemen maka kita akan melihat sosok parlemen lebih suka memilih rute aman, banyak diamnya, cara kerjanya seperti karyawan buruh yang penting datang, ngobrol, studi banding tanpa memiliki nyali untuk bersikap kritis atau meminjam istilah iklan otomotif "Nyaris tidak terdengar".

Saya bertemu langsung di Fahri Hamzah, mantan Wakil Ketua DPR RI sekarang Wakil Ketua Partai Gelora kalau tidak salah tiga kali. Pertama datang langsung ke kantornya, kedua di Banten dan ketiga di Jakarta pada sebuah acara. Orangnya enak, hangat dan ga ribet, artinya kita bebas ke dia.

Kita atau saya lah bisa belajar dari sosok Fahri Hamzah, dia benar - benar sadar menjadi seorang politisi sehingga ketika masuk menjadi anggota parlemen pun lahir dengan performance yang berkarakter. 

Sebenarnya ada nama lain yang serupa tapi tak sama, yaitu Fadli Zon, tapi pada tulisan ini saya ingin menuliskan soal Fahri Hamzah.

Bernyali, konsisten dan tahu permainan di parlemen sehingga meski ganas tetapi selamet sampai akhir masa jabatan berakhir hingga sekarang. 

Sebab tidak sedikit mereka anggota parlemen yang pura - pura tidak tahu atau memilih diam tetapi ternyata tidak selamat. Dan menurut saya ini musibah besar bagi mereka, sudahlah tidak bunyi masuk bui lagi. Lalu apa yang mesti dido'akan dari rakyat?

Menurut saya Fahri Hamzah contoh ideal menjadi seorang anggota parlemen, pertama dia menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat dengan nyaris sempurna. 

Bersuara lantang, apa pun risikonya termasuk berseberangan dengan partai politik yang dulu pernah ia singgahi. Dia paham benar tata kelola negara dimana di dalamnya adalah parlemen.

Sering dia ucapkan berkali - kali bahwa seharusnya seorang anggota parlemen itu melepas semua atribut partai karena dia pilih oleh rakyat, dia dapat mandat dari rakyat untuk bersuara. Jadi tidak ada urusannya dengan koalisi eksekutif, itulah fungsi parlemen yang sebenarnya.

"Jangan sebentar - sebentar anggota parlemen dipanggil oleh pimpinan partai hanya karena bersuara lantang, ini sudah tidak benar," kata Fahri dalam berbagai kesempatan. Pelajaran kedua, Fahri memang bicaranya meledak - ledak tapi tetap terkontrol dengan tema yang dibicarakan. Tidak keluar kalimat yang emosional sehingga keluar konteks.

Dia selalu bicara meledak - ledak, tetapi konteks pembicaraanya on the track, artinya dia mengerti betul bagaimana dia harus mengucapkan konten supaya tidak keluar konteks. 

Dan ini  manajemen fikiran dan emosi yang luar biasa. Karena pada umumnya orang ketika meledak ledak maka seringkali bicaranya keluar konteks, tapi untuk Fahri Hamzah tidak, dia tetap on the track.

Oleh karena itu kita akan melihat suguhan yang enak dilihat ketika Fahri Hamzah berbicara, berdebat dengan lawan politik. 

Karena yang keluar dari dia adalah konten yang kontekstual, bicara apa adanya dan paling penting adalah dia menguasai bahan pembicaraan. 

Pelajaran selanjutnya adalah, kemampuan menyerap ilmu yang dia butuhkan. Kalau kita memerhatikan Fahri Hamzah, dia orang ekonomi tetapi cerdas dalam berdiskusi soal hukum. 

Ketika bicara soal hukum maka sebagian orang tidak menyangka kalau dia sebenarnya orang ekonomi, lebih tepatnya alumnus ekonomi Universitas Indonesia.

Dan terakhir yang menurut saya bisa diambil pelajaran dari sosok Fahri Hamzah adalah kedewasaanya berpolitik. Dia akan melawan siapapun yang dianggap tidak on the track termasuk partainya saat itu karena merasa rasionalisasi pemecatannya tidak konstruktif dalam sebuah tatanan negara.

 Dan ketika terakhir tuntutan ganti rugi dia kalah pun dia menerima itu semua dan masalah pun selesai, dewasa sekali dia.

Terlepas dari benar atau tidak apa yang diungkapkan tapi dia mengajarkan kepada kita soal keberanian, soal konsistensi mempertahankan kebenaran yang diyakini secara konstitusi. 

Dia benar - benar dewasa berpolitik karena membawa persoalannya ke jalur hukum setelah mentok diselesaikan dengan kekeluargaan. Ini menurut saya pelajaran penting untuk partai politik bagaimana mendewasakan berpolitik. 

Saya percaya dia matang berpolitik karena dia menjadi anggota parlemen sejak era BJ.Habibie menjadi Presiden. Saat itu menjadi anggota parlemen termuda. Maka saya percaya dia mengerti betul perubahan demi perubahan dan dinamika parlemen dari masa ke masa.

Ditawari Pengurus Partai Gelora
Nah, ketika awal berdiri Partai Gelora saya sebenarnya ditawari menjadi pengurus. Pertama ke pusat langsung dan kedua di Banten oleh salah seorang pengurus pusat. Tapi saya menolak karena sebenarnya tawaran untuk menjadi pengurus partai bukan kali ini saja, sejak dulu bahkan ada yang menawari menjadi caleg.

Cuma saya memang lebih nyaman menjadi orang merdeka, ketimbang menjadi pengurus. Tidak sih kedepan, tapi sampai sekarang saya berdiri tetap dengan prinsipnya saya selama ini menjadi orang merdeka.

Penulis,
Karnoto,
Mantan Jurnalis Radar Banten/Jawa Pos Group
- Mantan Jurnalis Majalah Warta Ekonomi Jakarta
- Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Univ. Mercu Buana, Jakarta. 
- Founder Maharti Networking
- Penulis Buku Speak Brand




Type and hit Enter to search

Close