Menikah pada 9 Mei 1983 dengan adat Jawa. Pernikahan Prabowo Tietiek tentu saja mewah di zaman itu, meski souvenirnya cuma gelas bergambar wayang. Prabowo anak ekonom sekaligus dosen UI, Soemitro Djojohadikusumo dan Tietiek merupakan puteri Presiden Soeharto, penguasa orde baru yang legendaris.
Kisah pertemuan Prabowo -Tietiek terjadi saat ia masih kuliah. Tietiek merupakan salah satu mahasiswa UI Fakultas Ekonomi, dimana dosenya merupakan ayah Prabowo. Sementara Prabowo berkarir di militer di Kopassus dimana Soeharto adalah pimpinan Prabowo.
Tietiek dikenal perempuan Jawa sederhana meski anak sang Presiden tapi gaya hidupnya tidak glamor. Pakaiannya juga tidak bling bling, karakter Ibu Tien sepertinya menurun kepada Tietiek.
14 tahun pasca mereka menikah situasi sosial politik tanah air guncang dan dramatis dengan dimulainya krisis moneter tahun 1997. Inflasi cukup tinggi hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menembus Rp 21 ribu untuk satu dolar.
Gejolak sosial memanas karena daya beli masyarakat ngedrop sementara harga harga terus melambung tinggi, gelombang PHK dimana - mana. Mahasiswa pun mulai resah dan memberanikan diri turun ke jalan untuk demonstrasi hingga isu menuntut Soeharto mundur dari Presiden.
Kerusuhan tak terbendung, aksi pembakaran toko mulai dari dari Glodok, Semanggi, Roxy hingga meluas ke sejumlah daerah. Malam pasca kerusuhan suasana mencekam, Jakarta sepeti kota mati.
Posisi Prabowo Subianto saat itu adalah Pangkostrad sehingga dia bertanggungjawab penuh mengendalikan situasi keamanan ibukota. Pada bagian lain, mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR RI dan menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden.
Isu ketika itu adalah soal KKN keluarga Soeharto dan kroni kroninya. Pada momen krusial inilah posisi Prabowo serba salah. Di luar dia diposisikan sebagai bagian dari keluarga Cendana Soeharto karena statusnya mantu, sementara di keluarga Soeharto saat itu Prabowo dianggap melakukan manuver dengan membiarkan mahasiswa menduduki parlemen.
Informasi yang berkembang saat itu, Prabowo dimarahi keluarga Cendana karena gagal mengkondisikan keadaan dan dikesankan membiarkan bahkan ada yang menuliskan kalau keluarga Soeharto beranggapan Prabowo punya kepentingan politik sehingga Dimata Soeharto dicap sebagai pengkhianat keluarga cendana.
Yang membela Prabowo saat itu hanyalah Mba Tietiek, istri Prabowo. Mba Tietiek tentu saja terluka, perih dan hatinya tersayat ketika melihat sang suami berada pada posisi serba salah. Tapi apa daya posisi Mba Tietiek karena tidak bisa melakukan apapun kecuali menangis.
Oleh Soeharto, Prabowo diberhentikan dari Pangkostrad dan dipindahkan ke Sesko Jawa Barat. Tidak berhenti disini, Prabowo pun diadili dan dinyatakan bersalah terkait kasus orang hilang pada kerusuhan Mei 1997 1998. Pejabat militer yang berperan saat itu adalah Wiranto.
Prabowo pun akhirnya menepi, menyendiri ke Jordania beberapa tahun setelah dia diajak sahabatnya yang menjadi Raja di Jordania. Di sana dia belajar bisnis dengan tetap menyimpan ambisi untuk kembali ke tanah air. Terpisahlah Prabowo dan Tietiek selama bertahun tahun.
Publik tidak tahu persis apa yang terjadi dengan percintaan mereka berdua, yang pasti keduanya terlihat memendam rasa meski disimpan dalam hati mereka masing masing. Paling terlihat adalah ekspresi Tietiek ketika bertemu Prabowo dalam beberapa momentum politik. Senyum penuh kagum, bangga melihat laki laki yang dia cintai bisa sesabar itu hingga akhirnya ia terpilih menjadi Presiden Indonesia setelah sekian kali gagal.
Kisah cinta mereka berdua sampai sekarang masih menjadi misteri, apakah nanti saat Prabowo menjadi Presiden akan kembali berdua atau tidak. Yang pasti momen mereka berdua sering bertemu di ruang publik kerap kali terjadi.
Publik termasuk saya berharap mereka berdua bisa mengikat kali tali cinta mereka sehingga rakyat Indonesia selain punya Presiden juga punya Ibu Negara, yaitu Tietiek Soeharto, puteri Presiden Soeharto.
Kisah cinta Prabowo - Tietiek dalam konteks manusia menjadi hal menarik dan sarat hikmah dalam konteks Agama. Pesan besarnya adalah bahwa tidak ada manusia yang hidup ideal.
Ketika seseorang dilebihkan nikmat tertentu maka pasti ada nikmat lain yang dikurangi bahkan dihilangkan. Dan konsep Tuhan ini berlaku untuk semua manusia, tanpa terkecuali. Tidak peduli orang biasa atau orang penting.
Tidak ada orang yang hidupnya bahagia terus sepanjang hidupnya, sebaliknya tidak ada manusia yang sedih terus sepanjang hidupnya. Pasti sebentar senang, sebentar sedih. Semua pasti ada pada siklus itu dengan klaster kita masing - masing.
Dari kisah Prabowo Tietiek kita belajar bahwa rencana Allah itu pasti terbaik dan detail banget skenarionya, kapan mereka pisah, kapan mereka akan dipertemukan kembali. Satu hal yang mesti kita sadari bahwa apa yang Allah rencanakan pasti terbaik untuk kita. Terpenting kita sabar dan lapang dada menerima setiap takdir yang Allah berikan kepada kita.
Sesuatu yang sudah menjadi takdir kita pasti akan sampai dengan jalanya sendiri. Sebaliknya, sesuatu yang tidak ditakdirkan untuk kita pasti tidak akan terjadi sekuat apapun kita mengejarnya. Sabar dan lapang dada terhadap takdir Allah, itu jalan terbaik dan menenangkan.
Jam 00.42 WIB
Penulis,
Karnoto | Founder anabertia.com
Social Footer