Soal bagaimana kita bisa memenangkan debat sebenarnya sudah ada guidenya dalam sejarah Islam. Kisah perdebatan antara Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud, perdebatan Ja'far Thalib dengan utusan Quraisy di depan Raja Habasyah saat sahabat nabi meminta suaka, perdebatan antara Nabi Musa dan Fir'aun dan banyak kisah yang substansinya adalah soal perdebatan atau adu argumentasi.
Jadi sebenarnya sebelum para Presiden Amerika Serikat mempoluetkan debat antar calon presiden sebagai instrumen demokrasi, sesungguhnya Islam lebih dahulu mengajarkan kita soal perdebatan.
Inilah yang kita kenal dizaman sekarang dengan sebutan public speaking.
Kalau ditarik benang merahnya atau headline dari debat sesungguhnya debat itu adalah Medan tempur kata - kata. Di dalam kata - kata inilah include retorika, cara mematahkan argumentasi lawan debat, body language, ekspresi wajah, racikan kalimat dan kode kode tubuh lainnya.
Adu debat bukan sekadar data, bukan hanya bicara kebenaran data tetapi sejauhmana kemampuan calon mengolah kata dan kalimat untuk mematahkan argumentasi lawan tanpa menghinakan.
Psikologi dan logika menyatu menjadi satu sehingga menjadi kekuatan kata yang menghujam dan tidak bisa terbantahkan dan mampu merubah persepsi publik serta membuat lawan debat "terhipnotis" dengan kalimat.
Kata - kata yang dikeluarkan para calon pasti akan dimaknai publik dengan angel yang berbeda. Disinilah skill mengolah kata sang calon akan diuji karena adu debat bukan hanya bicara data tapi tentang kemampuan mengolah kata.
Salah memilih diksi dan narasi bisa membuat kebenaran yang disampaikan menjadi sumir, sebaliknya meski datanya keliru tapi dikemas dengan kata dan kalimat yang menghipnotis maka akan dipersepsikan berbeda oleh publik.
Bahasa tubuh, ekspresi wajah, intonasi dan nada kalimat serta gerakan tubuh juga menjadi penyempurna kata - kata.
Dan harus diingat debat ada sarana komunikasi dan didalam komunikasi ada pesan yang hendak disampaikan kepada publik. Pesan dalam politik ada yang tersirat dan ada yang tersurat tergantung konten pesan yang mau disampaikan.
Kesimpulannya adalah debat adalah Medan tempur kata- kata dimana didalamnya ada retorika, body language, gestur semua itu harus terintegrasi agar berada dalam satu frekuensi saat menyampaikan pesan ke publik.
Karnoto
Social Footer