Breaking News

Kali Pertama Masuk ke Hotel Marriott



JW Marriot, hotel ini sempat tenar pasca peristiwa pengeboman beberapa tahun silam. Sebetulnya saya ingin masuk ke hotel ini sejak peristiwa itu muncul, karena penasaran!. Dan saya akhirnya bisa juga masuk ke hotel ini meski setelah beberapa tahun peristiwa bom terjadi. Waktu itu ada undangan CitiLink "Outlook Ekonomi".

Saya pun datang dan sekira jam 14.00 WIB saya sampai di hotel ini. Seperti biasa saya harus melalui pemeriksaan berlapis apalagi lewat pintu bawah bukan lewat pintu utama. Mungkin karena saya bawa tas rangsel hitam dan khawatir bawa bom.Ha ha ha ha ha.. Setelah pemeriksaan saya pun masuk dan langsung menuju ke ruang dimana acara diselenggarakan.

Tak butuh waktu lama untuk mencari ruangannya meski ada beberapa acara juga di hotel itu. Saya pun disambut seorang perempuan cantik, tinggi dan menggunakan pakaian kantoran hitam. "Mas Karnoto Ya," tanya perempuan itu. Saya pun jawab iya. Dialah yang mengundang saya melalui email. Belakangan setelah saya tahu perempuan ini adalah dari lembaga konsultan public relation sejumlah perusahaan ternama.

Setelah berbincang sebentar, saya pun masuk ke ruangan dan sudah ada beberapa orang disana. Waktu itu pembicaranya pengamat ekonomi Ikrar Nusabakti. Itu loh pengamat yang sering nongol di televisi. Sekarang dia menjadi duta besar, lupa duta besar negara mana. Dari statementnya, memang dia pengamat yang lebih condong ke Jokowi. Mungkin Dubes sebagai hadiah atau ucapan terima kasih atau apalah saya ga paham.

Sekitar satu jam saya mendengarkan pemaparan narasumber. Dan sekira jam 16.00 WIB acara pun selesai dan saya langsung mencari tempat shalat untuk shalat Ashar. "Ada mushollanya ga ya," gumam saya dalam batin. Alhamdulillah ternyata ada. "Ooh, ini hotel yang dulu ramai dan dikenal seantero jagad karena peritsiwa pengeboman," gumam saya lagi dalam batin.

Mushollanya mungil, biasalah hotel universal begitu pasti hotelnya mungil. Saya dan beberapa pegawai hotel pun shalat bersama. Di situ saya bertemu dengan beberapa wanita yang menjadi panitia. "Mas, sudah shalat?" tanya salah seorang panitia. Saya jawab sudah. "Alhamdulillah Mba," jawab saya. 

Saat kerja di Jakarta memang setiap hari saya dari hotel ke hotel memenuhi undangan. Maklum, waktu itu saya bekerja di media nasional dengan desk ekonomi dan bisnis. Saya sih tidak bangga masuk ke hotel mewahnya, cuma setelah saya rasakan Bukan itu yang saya cari tapi kebebasan ekspresi dan akhirnya saya pun mengundurkan diri dan memilih "kabur".
Salam,
Karnoto

Type and hit Enter to search

Close