Breaking News

#17TahunMenikah [Bagian Ke-2] Dari sistem Demokrasi, Monarki Hingga Islami


 
#17TahunMenikah [Bagian Ke-2]
Dari sistem Demokrasi, Monarki Hingga Islami

Menjadi nahkoda selama 17 tahun mengarungi samudera kehidupan yang begitu luas tidaklah mudah. Bukan cuma bekal logistik yang dibutuhkan, namun juga harus memiliki beragam skill. Mulai skill komunikasi, mulai dari komunikasi antar personal, komunikasi interpersonal, psikologi komunikasi.

Mulai dari manajemen konflik hingga melobi. Mulai dari ilmu motivasi hingga Islami dan banyak lagi skill nahkoda yang mesti dimiliki. Itulah mengapa dalam perjalanan selama menjadi nahkoda saya tetap ada pada posisi pembelajar sehingga selalu mengupgrade kemampuan.

Menjadi nahkoda rumah tangga tidak semudah yang dulu kita bayangkan saat masih sendiri. Karena sepanjang perjalanan kita akan dihadapkan berbagai tantangan, mulai dari angin badai, angin sepoi Sepoi, hujan yang disertai petir, gelombang masalah bahkan kapal bocor karena menghantam karang.

Melelahkan? Sudah pasti! Tapi ini bagian risiko seorang nahkoda yang harus bisa memastikan kepada para penumpang bahwa mereka akan selamat sampai tiba di dermaga. 

Tidak cuma kemampuan teknisi tentang kapal, namun juga kemampuan membaca peta agar arah perjalanan on the track. Kita juga harus terlatih memprediksi berbagai macam kemungkinan terburuk dengan jalan keluarnya.

Wajar kalau Tuhan memberikan perhatian khusus soal ibadah pernikahan. Filosofi dasar arti dan makna sebuah pernikahan adalah ibadah, karena pernikahan tidak cukup berpegang dengan cinta dan kasih sayang. 

Dalam konsep Islam bukan cinta dan kasih saying yang menjadi pegangan utama pernikahan melainkan ibadah. Kalau kita  menjadikan cinta dan kasih sayang sebagai pegangan utama maka hampir dipastikan akan tenggelam.

Karena cinta dan kasih sayang bisa meredup oleh situasi yang goncangannya melampau cinta dan kasih sayang. Satu satunya pegangan yang kuat dan kokoh adalah ibadah. 

Tentu saja di dalamnya ada cinta dan kasih sayang, tapi itu bukan pegangan utama karena terlalu rapuh untuk dijadikan pegangan utama. 

Cinta dan kasih sayang hanyalah rempah-rempah dalam rumah tangga, bumbu penyedap pernikahan tetapi tidak cukup kuat dijadikan pegangan utama dalam mengelola rumah tangga.

Persoalan rumah tangga terlalu rumit kalau hanya dicantolkan pada cinta dan kasih sayang, makanya tidak begitu kuat dijadikan pegangan kecuali kesadaran yang benar benar tertanam di hati adalah pemahaman bahwa pernikahan itu ibadah.

Mungkin karena pernikahan adalah ibadah terpanjang sehingga pegangnya juga harus kokoh agar ketika dihempas angin badai atau menghantam karang secara tidak sengaja kita tetap bertahan.

Pada awal pernikahan sampai sekian tahun saya menerapkan sistem demokrasi. Namun dalam perjalannya sistem ada banyak kelemahan karena ada perubahan demi perubahan sehingga saya mengganti dengan sistem monarki. 

Perubahan sistem ini membutuhkan adaptasi terutama dari pihak istri karena ada beberapa hal yang mesti dirubah dari istri. Sistem ini juga ada kelemahan karena instrumennya tidak begitu lengkap sehingga saya akhirnya meminjam konsep Islam yang menurut saya instrumennya paling lengkap.

Mulai dari instrumen situasi normal sampai instrumen pada situasi darurat tersedia sehingga lebih memudahkan saya membuat langkah-langkah strategis. Handboooknya cukup lengkap sehingga saya sebagai nahkoda memiliki referensi yang lengkap dalam menghadapi setiap situasi. Konsep agama inilah yang sedang saya terapkan sebagai guide sepanjang perjalanan mengarungsi samudera luas. Semoga Allah memberikan rakhmat, berkah sepanjang perjalanan. Semoga Allah lapangkan dada kami, melembutkan hati kami dan mendewasakan sikap kami dan menjernihkan fikiran kami sehingga kokoh dalam menghadapi tribulensi.


-bersambung_
Penulis,
Karnoto
==========
Website personal 
www.notostory.my.id
YouTube Noto Story
=================
Website Bisnis
www.anaschool.top

Type and hit Enter to search

Close