Umar bin Khattab sebelum menjadi khalifah dia selesaikan persoalan sosial secara personal. Ketika ada gulet ya dia maju dan kalahkan lawan, selesai..! Ketika setelah masuk Islam dan ada yg hina Islam dia lawan, selesai..!
Tapi setelah dia menjadi khalifah perbedaannya jauh, jauh banget..Karena dia selesaikan persoalan sosial bukan lagi dengan cara personal tapi kebijakan. Dia menengok ke perkampungan untuk memastikan, ketika dia menemukan ada yang tidak makan maka dia kasih beras, selang beberapa hari berikutnya maka dia keluarkan kebijakan, selesailah persoalan sosial dengan kebijakannya dan berdampak luas bukan hanya kepada orang yg ia datangi.
Ketika sudah menjadi Muslim tapi belum menjadi penguasa digunakan fisiknya untuk menyebarkan agama, tapi setelah dia berkuasa dia pakai kekuasaanya untuk ekspansi ke luar Mekah. Itulah Umar, dia bisa menempatkan diri dan adaptif dengan positioningnya.
Dia utus para duta Islam ke luar Mekah, dia kelurkan kebijakan soal tata kelola zakat, dia keluarkan soal manajamen pemerintahan dan birokrasinya. Begitulah Umar, dia mampu berfikir adaptif. Makanya dalam kisahnya sebagian tak percaya kalau Umar yang orang lapangan bisa menyelesaikam masalah sosial yang rumit, sahabat awalnya tak percaya kalau Umar bisa melakukam reformasi birokrasi, ekspansi.
Maklum saja, Umar orang lapangan yang dalam persepsi publik tak akan bisa mengurus pemerintahan, tapi faktanya Umar mampu melakukannya. Umar tahu bahwa saat menjadi khalifah ucapan dan kebijakanya jauh lebih efektif ketimbang dia harus muter kampung tiap haris sementra persoalan yg hrs dia selesaikan cukup banyak.
Dia keliling kampung untuk memastikan saja, setelah dia lihat persoalan maka dia keluarkam kebijakan yang dampaknya jauh lebih luas ketimbang cara personal yang sebelumnya dia lakukan.
Dimasa Umarlah keluar kebijakan pemisahan antara eksekutif dan yudikatif, dimana sebelumnya pada masa Abu Bakar dua jabatan tersebut disatukan sehingga banyak merangkap jabatan. Oleh Umar dua jabatan itu dipisahkan dan tak ada yang merangkap jabatan.
Tak hanya itu, Umar juga membagi wilayah administratif atau dalam konteks sekarang mungkin disebut otonomi daerah, beberapa wilayah yang dibagi diantaranya Arabia, Semenanjuk Irak, Persia, Mediterania Timur dan juga Afrika Utara.
Tak hanya itu, pada masa kekeuasaan Umar juga mulai dibentuk klinik dan rumah sakit sebagai bentuk pelayanan pemerintah dalam bidang kesehatan. Hebatnya lagi, Umar juga mebentuk kas perbendeharaan negara yang disebut dengan Baitul Maal di Madinah. Mungkin kalau sekarang Kementerian Keuangan.
Sementara pada bidang infrastruktur Umar mulai membangun markas militer, jalan dan jembatan. Masjid - masjid pun diperbanyak oleh Umar bin Khattab. Sejatinya para aktivis Muslim yang kini berkuasa terutama di eskekutif bisa belajar dari Umar bin Khattab. Tidak lagi menyelesaikan persoalan sosial dengan cara personal tetapi dengan kebijakan.
Para pengusaha Muslim yang kini berkuasa mesti memahami bahwa tandatangan dan ucapannya jauh lebih prioritas membawa kemaslahatan ketimbang bermain dalam ruang personal. Jika tidak maka perebutan kekuasan yang selama ini dilakukan tidak akan memberikan manfaat yang seimbang dengan energi yang dimilikinya.
Umar seperti disampaikan ustadz Oemar Muthi adalah sahabat nabi yang paling banyak menyerap ilmu dari Nabi Muhammad. Makanya dia tak hanya modal semangat, tapi juga isi otak sehingga punya kemampuan menterjemahkan visi misi Islam secara kontekstual dizamannya ketika itu.
Social Footer