Dan ketiga skill ini ternyata dimiliki oleh para nabi. Saya kasih contoh pertama kisah Nabi Ibrahim yang mematahkan argumentasi orang - orang kafir.
Negoisasi dan soft power dilakukan Nabi Ibrahim berulang kali dengan para elit di bawah kepemimpinan Raja Namrudz kala itu.
Negoisasi dan soft power dilakukan Nabi Ibrahim berulang kali dengan para elit di bawah kepemimpinan Raja Namrudz kala itu.
Tapi dasar mereka tidak ingin mencari kebenaran, tapi pembenaran maka mereka tidak mau menerima konsep ketuhanan yang disampaikan Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim jadi tahu, tabiat mereka yang suka ngeyel. Dan Nabi Ibrahim tahu, kalau mereka sebenarnya mengakui bahwa apa yang disampaikan Nabi Ibrahim itu benar, tapi karena kekuasaanyalah yang membuat mereka pongah.
Nabi Ibrahim pun ingin memberikan terapi yang lebih mendalam soal konsep ketuhanan dengan menghancurkan berhala dan satu yang disisakan. Disinilah adu argumentasi terjadi lagi dengan suasana yang memanas.
Terjadilah debat dan dialektika pedas soal Tuhan mereka yang hancur. Tuduhan langsung mengarah ke Nabi Irbahim, karena memang dia yang selama ini dinilai bersebarangan dengan para elit kerajaan saat itu.
Singkat cerita, Nabi Ibrahim memberikan argumetasi dalam bentuk pertanyaan. "Coba tanyakan ke patung yang paling besar, karena dia satu satunya yang selamat," kata Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim jadi tahu, tabiat mereka yang suka ngeyel. Dan Nabi Ibrahim tahu, kalau mereka sebenarnya mengakui bahwa apa yang disampaikan Nabi Ibrahim itu benar, tapi karena kekuasaanyalah yang membuat mereka pongah.
Nabi Ibrahim pun ingin memberikan terapi yang lebih mendalam soal konsep ketuhanan dengan menghancurkan berhala dan satu yang disisakan. Disinilah adu argumentasi terjadi lagi dengan suasana yang memanas.
Terjadilah debat dan dialektika pedas soal Tuhan mereka yang hancur. Tuduhan langsung mengarah ke Nabi Irbahim, karena memang dia yang selama ini dinilai bersebarangan dengan para elit kerajaan saat itu.
Singkat cerita, Nabi Ibrahim memberikan argumetasi dalam bentuk pertanyaan. "Coba tanyakan ke patung yang paling besar, karena dia satu satunya yang selamat," kata Nabi Ibrahim.
Para elit kerajaan melongo dan mengatakan kalau Nabi Ibrahim gila, masa mereka suruh tanya ke patung.
Dari sinilah Nabi Ibrahim mulai masuk ke poin inti yang sebenarnya ingin dia sampaikan yaitu bahwa patung itu tidak memberikan manfaat apapun.
"Jadi patung besar itu ga bisa berbuat apa -apa,? tanya Nabi Irbahim. Dijawab oleh elit kerajaan, memang dia ga bisa apa - apa, jangan menyelamatkan kita, menyelamatkan diri sendiri saja ga bisa. Wong patung itu yang membuat manusia.
Nabi Ibrahim tak membuang kesempatan itu, karena disitulah titik tekannya. Kembali dia memberikan argumentasi dalam bentuk pertanyaan.
Dari sinilah Nabi Ibrahim mulai masuk ke poin inti yang sebenarnya ingin dia sampaikan yaitu bahwa patung itu tidak memberikan manfaat apapun.
"Jadi patung besar itu ga bisa berbuat apa -apa,? tanya Nabi Irbahim. Dijawab oleh elit kerajaan, memang dia ga bisa apa - apa, jangan menyelamatkan kita, menyelamatkan diri sendiri saja ga bisa. Wong patung itu yang membuat manusia.
Nabi Ibrahim tak membuang kesempatan itu, karena disitulah titik tekannya. Kembali dia memberikan argumentasi dalam bentuk pertanyaan.
"Kalau tidak bisa memberikan manfaat apapun, kenapa disembah? Elit kerajaan tersentak dengan pertanyaan itu. Ringat tapi menusuk ke ulu hati dan jantung ideologi.
Tapi dasar mereka, meski tahu bawha dirinya salah tetap saja Nabi Ibrahim dihukum dan dibakar. Dan dengan pertolongan Allah api yang seharusnya panas, ternyata tidak membakar sehelai kainpun.
Tapi dasar mereka, meski tahu bawha dirinya salah tetap saja Nabi Ibrahim dihukum dan dibakar. Dan dengan pertolongan Allah api yang seharusnya panas, ternyata tidak membakar sehelai kainpun.
Logikanya, kalau elit kerajaan memang mencari kebenaran melihat peristiwa itu mestinya sadar, tapi ternyata tidak.
Coba Anda perhatikan konten percakapan, dialektika dan debat Nabi Ibrahim. Wah, itu benar - benar kemampuan seorang PR yang handal.
Coba Anda perhatikan konten percakapan, dialektika dan debat Nabi Ibrahim. Wah, itu benar - benar kemampuan seorang PR yang handal.
Pertama, Nabi Ibrahim situasi saat itu jelas di tertekan, tapi dia percaya diri dan struktur kalimat yang dipakai sistematis, rasional dan tepat.
Bayangin bro, dikelilingi musuh, elit dan penguasa. Yang memang tidak suka dengan gerakan Nabi Ibrahim. Kedua, argumentasi yang disampaikan Nabi Ibrahim dalam bentuk pertanyaan.
Bayangin bro, dikelilingi musuh, elit dan penguasa. Yang memang tidak suka dengan gerakan Nabi Ibrahim. Kedua, argumentasi yang disampaikan Nabi Ibrahim dalam bentuk pertanyaan.
Mereka yang menjawab sendiri, karena Nabi Ibrahim tahu bahwa para elit kerajaan ketika itu pasti akan terkena jawabannya sendiri.
Social Footer