Untuk menguasai aset ekonomi orang asing memang membutuhkan otak brilian dan itu sebenarnya pernah dicontohkan oleh pengusaha muslim di era kenabian.
Kisah Utsman Bin Affan menguasai aset milik orang Yahudi yang dilakukan beberapa abad silam sejatinya menjadi inspirasi pengusaha muslim saat ini.
Bagaimana strategi Utsman yang semula tidak memiliki saham pada pengausaan investasi sumur orang Yahudi, belakangan justru orang Yahudi yang akhirnya melepas semua sahamnya kepada Utsman Bin Affan.
Semula aset sumur 100 persen dikuasai orang Yauhdi sehingga umat Islam, khususnya kaum muhajirin dengan terpaksa harus pasrah dengan biaya yang dipatok oleh orang Yahudi tersebut yang sudah pasti mahal. Namanya juga menguasai aset, dia bisa mematok harga air sepihak.
Situasi ini membuat umat Islam mengalami dilema, satu sisi merasa terbebani dengan biaya pembelian air tetapi disisi lain sumur tersebut menjadi tumpuan mereka, karena dari sekian sumur yang ada di Madinah hanya sumur orang Yahudi inilah yang airnya cukup bagus.
Karena terbebani, umat Islam menyampaikan kondisi itu kepada Nabi Muhammad SAW dan beliau pun berharap ada dari sahabatnya yang bisa meringankan beban umat Islam ketika itu.
Bagaimana strategi Utsman yang semula tidak memiliki saham pada pengausaan investasi sumur orang Yahudi, belakangan justru orang Yahudi yang akhirnya melepas semua sahamnya kepada Utsman Bin Affan.
Semula aset sumur 100 persen dikuasai orang Yauhdi sehingga umat Islam, khususnya kaum muhajirin dengan terpaksa harus pasrah dengan biaya yang dipatok oleh orang Yahudi tersebut yang sudah pasti mahal. Namanya juga menguasai aset, dia bisa mematok harga air sepihak.
Situasi ini membuat umat Islam mengalami dilema, satu sisi merasa terbebani dengan biaya pembelian air tetapi disisi lain sumur tersebut menjadi tumpuan mereka, karena dari sekian sumur yang ada di Madinah hanya sumur orang Yahudi inilah yang airnya cukup bagus.
Karena terbebani, umat Islam menyampaikan kondisi itu kepada Nabi Muhammad SAW dan beliau pun berharap ada dari sahabatnya yang bisa meringankan beban umat Islam ketika itu.
Dan sahabat yang melakukan keringanan beban umat Islam terkait air itu adalah Utsman Bin Affan. Ia pun melakukan survei dan menganalisa kondisi di lapangan. Dan benar saja, posisi umat Islam sangat terjepit dengan penguasaan aset sumur tersebut.
Utsman Bin Affan dengan misi ingin meringankan beban umat Islam dan menjaga harga diri mereka, ia pun mulai berfikir bagaimana caranya ia bisa mnguasai aset tersebut sehingga umat Islam memiliki harga diri.
Utsman Bin Affan dengan misi ingin meringankan beban umat Islam dan menjaga harga diri mereka, ia pun mulai berfikir bagaimana caranya ia bisa mnguasai aset tersebut sehingga umat Islam memiliki harga diri.
Utsman mulai melakukan lobi terhadap orang Yahudi sang pemilik sumur itu. Lihat disini tahapan atau strategi Utsman menguasai saham sumur tersebut.
Utsman sangat memahami psikografis orang Yahudi, Utsman menguasai komunikasi bisnis, Utsman juga jeli mengintip kelemahan orang Yauhdi ini. Semula orang Yahudi enggan menjual sahamnya ke Utsman karena itu adalah bisnis monopoli, dimana ia menguasai aset vital.
Bargaining dia pasti kuat untuk menaikan harga air sesuai seleranya. Utsman pun sudah paham bahwa tidak mudah untuk melobinya, oleh karena itu Utsman langsung menaikan harga setengah aset sumur tersebut.
Disinilah kita perlu belajar dengan Utsman tentang komunikasi bisnis, teknik lobi dan psikografis. Utsman katakan bahwa ia hanya ingin membeli setengah aset sumur tersebut dan orang Yahudi tetap masih memiliki aset tersebut setengahnya, dapat untung pula dari pembayaran Utsman.
Kalau kita ada pada posisi pemilik aset pasti juga akan menyetujui dengan pertimbangan toh ia masih bisa mengelola aset tersebut dengan menaikan harga sesukanya.
Satu sisi sudah dapat keuntungan berlipat - lipat pula dari penjualan setengah aset tersebut kepada Utsman. Logikanya, dapat untung berlipat tanpa susah payah harus mengawasi, tetapi ia masih memiliki setengah aset tersebut. Sudah pasti menggiurkan.
Akhirnya orang Yahudi dan Utsman sepakat dengan pembagian aset tersebut setengah dari total aset itu. Deal mereka berdua soal aset sumur tersebut.
Lalu apa langkah yang dilakukan Utsman berikutnya? Disini kita perlu belajar lagi tentang bagaimana memanfaatkan momentum untuk menguasai ekonomi. Pasca pembelian setengah aset, Utsman mulai melakukan strategi kedua yaitu mengkomunikasikan kepada umat Islam bahwa sudah ada pembagian jam dari aset tersebut.
Untuk itu mereka diimbau untuk mengambil air disaat aset tersebut menjadi milik Utsman bin Affan sesuai kesepakatan dengan pemilik sumur. Umat Islam pun mengambil air di sumur tersebut gratis pada jam yang sesuai kesepakatan itu dikuasai Utsman.
Hari demi hari berlalu dan orang Yahudi mulai sadar bahwa bisnisnya mulai merugi karena disaat jam yang dikuasainya tidak ada yang datang untuk membeli air dari sumurnya itu, karena umat Islam telah mengambil air disaat sumur tersebut dikuasai Utsman.
Padahal, market pasar orang Yauhdi yang paling potensial adalah umat Islam. Utsman pun mulai menjalankan misi ketiganya yaitu menguasai aset tersebut sepenuhnya. Ia pun mendatangi orang Yahudi kembali dengan komunikasi bisnis yang berbeda ketika pada pembelian pertama.
Singkat cerita, karena orang Yahudi tidak ingin menanggung kerugian terus menerus akhirnya ia menjual seluruh aset sumur tersebut kepada Utsman bin Affan.
Dan sejak saat itu, umat Islam bebas mengambil air kapanpun karena sumur tersebut telah dikuasai Utsman Bin Affan dan dibagikan secara gratis demi harga diri umat Islam.
Pertanyaanya adalah, apakah ada pengusaha muslim Indonesia yang melakukan strategi yang pernah dilakukan Utsman Bin Affan? Jawabannya Ada !
Dia adalah Chairul Tanjung, big bos TransCoprs. Dia telah menguasai 100 persen ritel raksasa dunia yaitu Carefour. Carefour adalah sebuah kelompok supermarket internasional, berkantor pusat di Prancis. Carrefour adalah kelompok ritel kedua terbesar setelah Wal-Mart.
Gerai Carrefour pertama dibuka pada 3 Juni 1957, di Annecy di dekat sebuah persimpangan. Persimpangan inilah yang menjadi inspirasinya karena kata carrefour, dalam Bahasa Prancis artinya persimpangan.
Kelompok ini didirikan oleh Marcel Fournier dan Louis Deforey. Hingga kini, gerai pertama ini adalah gerai Carrefour terkecil di dunia.
Semula Chairul Tanjung hanya menguasai 40 persen saham Carefour yaitu di tahun 2010 tepatnya 12 maret. Dan dalam jangka waktu hanya dua tahun Chariul Tanjung sudah menguasai 100 persen saham Carefour.
Tepatnya pada 19 November 2012 Trans Retail menguasai sisa saham 60 persen senilai 750 juta dolar Amerika Serikat. Pengusaha yang semula tukang ekspor sepatu anak - anak dengan modal Rp 150 juta ini juga membeli saham media CNN Indonesia dan sejumlah perusahaan lain yang dimiliki orang asing.
Saya tidak tahu, apakah Chairul Tanjung pernah membaca kisah Utsman atau tidak, tetapi apa yang ia lakukan bisa saja terinspirasi kisah Utsman. Bedanya, kalau Utsman pasca akuisisi sumur milik orang Yahudi lalu digratiskan, sedangkan Chairul Tanjung tidak, karena memang kondisinya berubah.
Tetapi dia juga masih tetap bisa melakukan apa yang pernah dilakukan Utsman untuk meringankan beban umat, yaitu dengan mendirikan CT Foundation yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan. Wallahu'alam.
Utsman sangat memahami psikografis orang Yahudi, Utsman menguasai komunikasi bisnis, Utsman juga jeli mengintip kelemahan orang Yauhdi ini. Semula orang Yahudi enggan menjual sahamnya ke Utsman karena itu adalah bisnis monopoli, dimana ia menguasai aset vital.
Bargaining dia pasti kuat untuk menaikan harga air sesuai seleranya. Utsman pun sudah paham bahwa tidak mudah untuk melobinya, oleh karena itu Utsman langsung menaikan harga setengah aset sumur tersebut.
Disinilah kita perlu belajar dengan Utsman tentang komunikasi bisnis, teknik lobi dan psikografis. Utsman katakan bahwa ia hanya ingin membeli setengah aset sumur tersebut dan orang Yahudi tetap masih memiliki aset tersebut setengahnya, dapat untung pula dari pembayaran Utsman.
Kalau kita ada pada posisi pemilik aset pasti juga akan menyetujui dengan pertimbangan toh ia masih bisa mengelola aset tersebut dengan menaikan harga sesukanya.
Satu sisi sudah dapat keuntungan berlipat - lipat pula dari penjualan setengah aset tersebut kepada Utsman. Logikanya, dapat untung berlipat tanpa susah payah harus mengawasi, tetapi ia masih memiliki setengah aset tersebut. Sudah pasti menggiurkan.
Akhirnya orang Yahudi dan Utsman sepakat dengan pembagian aset tersebut setengah dari total aset itu. Deal mereka berdua soal aset sumur tersebut.
Lalu apa langkah yang dilakukan Utsman berikutnya? Disini kita perlu belajar lagi tentang bagaimana memanfaatkan momentum untuk menguasai ekonomi. Pasca pembelian setengah aset, Utsman mulai melakukan strategi kedua yaitu mengkomunikasikan kepada umat Islam bahwa sudah ada pembagian jam dari aset tersebut.
Untuk itu mereka diimbau untuk mengambil air disaat aset tersebut menjadi milik Utsman bin Affan sesuai kesepakatan dengan pemilik sumur. Umat Islam pun mengambil air di sumur tersebut gratis pada jam yang sesuai kesepakatan itu dikuasai Utsman.
Hari demi hari berlalu dan orang Yahudi mulai sadar bahwa bisnisnya mulai merugi karena disaat jam yang dikuasainya tidak ada yang datang untuk membeli air dari sumurnya itu, karena umat Islam telah mengambil air disaat sumur tersebut dikuasai Utsman.
Padahal, market pasar orang Yauhdi yang paling potensial adalah umat Islam. Utsman pun mulai menjalankan misi ketiganya yaitu menguasai aset tersebut sepenuhnya. Ia pun mendatangi orang Yahudi kembali dengan komunikasi bisnis yang berbeda ketika pada pembelian pertama.
Singkat cerita, karena orang Yahudi tidak ingin menanggung kerugian terus menerus akhirnya ia menjual seluruh aset sumur tersebut kepada Utsman bin Affan.
Dan sejak saat itu, umat Islam bebas mengambil air kapanpun karena sumur tersebut telah dikuasai Utsman Bin Affan dan dibagikan secara gratis demi harga diri umat Islam.
Pertanyaanya adalah, apakah ada pengusaha muslim Indonesia yang melakukan strategi yang pernah dilakukan Utsman Bin Affan? Jawabannya Ada !
Dia adalah Chairul Tanjung, big bos TransCoprs. Dia telah menguasai 100 persen ritel raksasa dunia yaitu Carefour. Carefour adalah sebuah kelompok supermarket internasional, berkantor pusat di Prancis. Carrefour adalah kelompok ritel kedua terbesar setelah Wal-Mart.
Gerai Carrefour pertama dibuka pada 3 Juni 1957, di Annecy di dekat sebuah persimpangan. Persimpangan inilah yang menjadi inspirasinya karena kata carrefour, dalam Bahasa Prancis artinya persimpangan.
Kelompok ini didirikan oleh Marcel Fournier dan Louis Deforey. Hingga kini, gerai pertama ini adalah gerai Carrefour terkecil di dunia.
Semula Chairul Tanjung hanya menguasai 40 persen saham Carefour yaitu di tahun 2010 tepatnya 12 maret. Dan dalam jangka waktu hanya dua tahun Chariul Tanjung sudah menguasai 100 persen saham Carefour.
Tepatnya pada 19 November 2012 Trans Retail menguasai sisa saham 60 persen senilai 750 juta dolar Amerika Serikat. Pengusaha yang semula tukang ekspor sepatu anak - anak dengan modal Rp 150 juta ini juga membeli saham media CNN Indonesia dan sejumlah perusahaan lain yang dimiliki orang asing.
Saya tidak tahu, apakah Chairul Tanjung pernah membaca kisah Utsman atau tidak, tetapi apa yang ia lakukan bisa saja terinspirasi kisah Utsman. Bedanya, kalau Utsman pasca akuisisi sumur milik orang Yahudi lalu digratiskan, sedangkan Chairul Tanjung tidak, karena memang kondisinya berubah.
Tetapi dia juga masih tetap bisa melakukan apa yang pernah dilakukan Utsman untuk meringankan beban umat, yaitu dengan mendirikan CT Foundation yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan. Wallahu'alam.
Social Footer